Yos Sudarso adalah seorang perwira angkatan laut yang gugur dalam pertempuran di Laut Arafura.
Pada saat kematiannya, Yos adalah wakil kepala staf di Angkatan Laut Indonesia.
Yos siap mengorbankan dirinya dalam Operasi Laut Aru demi menyelamatkan dua kapal Republik Indonesia
lainnya.
Baca juga: Wahidin Sudirohusodo: Hidupnya, Perannya dan Perjuangannya
Kehidupan
Yosaphat Sudarso atau Yos Sudarso lahir di Salatiga pada tanggal 24 November 1925.
Ia adalah putra dari Soekarno Darmoprawiro dan Mariyam.
Ayahnya adalah seorang pensiunan polisi. Yos ingin menjadi tentara sejak kecil.
Dapatkan informasi, inspirasi, dan wawasan di email Anda.
email pendaftaran
Namun, orang tua Yos tidak setuju dengan keinginannya untuk bergabung dengan militer.
Ia bahkan nyaris menjadi guru setelah masuk Kweekschool (sekolah pelatihan guru) di Muntilan.
Namun karena suatu kondisi, Yos tidak dapat menyelesaikan gelar keguruannya. Saat itu, pada tahun 1942, Jepang masuk dan menguasai Indonesia.
Baca juga: Ancaman Militer dari Luar Negeri Sejak Indonesia Merdeka
kiprah
Meski gagal menjadi guru, Yos tidak menyerah. Sebaliknya, ia memiliki kesempatan untuk mewujudkan impian masa kecilnya menjadi seorang prajurit.
Selain itu, pemerintah militer Jepang membutuhkan tenaga tambahan untuk menghadapi sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.
Yos kemudian bersekolah di SMA Maritim Semarang dan menyelesaikan pelatihan militer
di Angkatan Laut Jepang.
Setelah lulus pada tahun 1944, Yos menjabat sebagai perwira di kapal Jepang Goo Osamu Butai.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang berjalan seiring dengan kekalahan Jepang oleh Sekutu.
Hal ini rupanya membuka jalur karir bagi Yos.
Ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) di bidang kelautan (BKR Laut).
Tiga tahun kemudian ia belajar di Sekolah Angkatan Laut di Surabaya pada tahun 1950.
Sejak saat itu, Yos sering mengikuti sejumlah operasi militer yang bertujuan untuk mengatasi berbagai pemberontakan yang terjadi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ia pernah memimpin beberapa kapal perang Republik Indonesia (KRI), antara lain KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Rajawali, KRI Pattimura, KRI Leopard.
Baca juga: Kesepakatan Salatiga: Latar Belakang, Isi dan Dampak
Operasi Laut Aru
Pertempuran Laut Aru adalah pertempuran yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962 di Laut Aru, Maluku, antara Indonesia dan Belanda.
Dalam pertempuran itu, Yos menjabat sebagai Wakil Kepala Operasi Staf Angkatan Laut (KSAL).
Operasi di Laut Aru ini merupakan misi untuk membebaskan Papua Barat dari Belanda setelah Presiden Soekarno menyerukan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961.
Tiga kapal perang Republik Indonesia (KRI) ikut serta dalam pertempuran ini, yaitu KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau.
Yos Sudarso mengepalai KRI Macan Tutul.
Sayangnya, pergerakan Yos Sudarso dan tiga unit KRI yang beroperasi di Laut Aru tercium oleh Belanda.
Ada tiga kapal perang yang lebih besar dengan senjata yang lebih lengkap menggantikan musuh.
Menyadari kurangnya perlengkapan tempur, Yos memerintahkan ketiga kapal Republik untuk berbalik dan mundur sementara.
Kapal Belanda menganggap tindakan ini sebagai manuver atau tipu muslihat untuk menyerang dengan melepaskan tembakan.
Baca juga: Sisingamangaraja XII: Hidup, Perjuangan dan Perlawanan
Akhir Hidup
Di tengah upaya penyelamatan, mesin KRI Macan Leopard tiba-tiba mati. Yos berpikir keras karena harus ada kapal Republik yang selamat.
KRI Macan Tutul yang diarahkannya kemudian menjebak tubuh sebagai umpan dan memberi kesempatan kepada dua KRI lainnya untuk menyelamatkan diri.
KRI Leopard ditembak jatuh oleh Belanda. Kapal itu meledak dan perlahan mulai tenggelam.
Komodor Yos Sudarso yang mengorbankan nyawanya untuk kepentingan negara meninggal dunia dalam usia 36 tahun.
Atas jasa-jasanya, Yos Sudarso dikukuhkan sebagai pahlawan nasional.
Namanya juga diabadikan sebagai nama kapal perang TNI AL, yakni KRI Yos Sudarso.
LIHAT JUGA :